Siapa saja bisa terkena penyakit, entah itu orang kaya ataupun orang miskin bisa saja kena penyakit entah itu penyakit parah atau penyakit biasa saja. Untuk membantu mensejahterakan rakyat miskin, saat ini pemerintah sudah menggratiskan pengobatan terhadap rakyat miskin lewat kartu askes. Hanya dengan mencantumkan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan dan KTP ditambah kartu keluarga, rakyat miskin sudah bisa memilikki kartu askes dan dapat berobat di rumah sakit yang ditunjuk pemerintah secara Cuma-Cuma. Namun apakah pengobatan yang diberikan rumah sakit tersebut semudah pembuatan kartu askes, atau pengobatan terhadap rakyat miskin sekedar Cuma-Cuma?
Pagi itu saya dan suami saya pergi ke Rumah sakit Umum di daerah saya untuk konsultasi gigi ke dokter langganan saya. Biasanya saya berobat ke Rumah sakit swasta atau langsung ke Praktek dokter tersebut namun karena gigi saya bermasalah akhirnya saya mendatangi rumah sakit umum tempat dokter langganan saya praktek pagi.
Ketika sedang menunggu antrian, tiba-tiba ada keramaian di ruang UGD setelah ada sebuah mobil membawa seseorang. Ternyata ada korban kecelakaan yang kondisinya cukup parah, dimana pelipis wajah korban tersebut bolong dan tulang kaki kelihatan sehingga harus ditangani segera. Awalnya para suster siap mengurusi korban tersebut dan ada dokter yang siap memeriksa. Namun ketika itu keluarga korban diminta untuk mendaftar nama korban dan keluarga mengeluarkan kartu askes untuk menjamin pembayaran korban.
Apa yang terjadi? Setelah keluarga mendaftar, mendadak kerumunan suster yang siap bekerja menghilang begitu saja dan semuanya pura-pura sibuk seperti mengerjakan sesuatu. Korban kecelakaan tersebut dibiarkan begitu saja di tengah-tengah ruang UGD dan mengerang kesakitan sesekali diusap oleh keluarganya yang tampak sedih.
Salah satu keluarga korban memanggil-manggil suster atau dokter, namun seperti tak didengar oleh mereka. Sampai akhirnya keluarga korban tampak marah dan langsung mendatangi seorang suster yang sedang pura-pura sibuk mencatat dan membentaknya. Spontan suster tersebut agak kagaet, mau marah tapi lebih takut melihat wajah keluarga yang panik. Akhirnya setelah setengah jam lebih dibiarkan begitu saja, beberapa suster mulai membersihkan luka-luka korban dan menjahitnya.
Sambil menunggu antrian saya ikut memperhatikan dengan seksama cara kerja suster tersebut, hebatnya tanpa menggunakan obat bius atau penghilang sakit, suster membersihkan luka sekenanya, masih ada darah kering yang tersisa suster langsung menjahit luka korban tersebut dan lagi-lagi tanpa bius sehingga terdengar raungan kesakitan korban kecelakaan tersebut. Paling miris ketika melihat jahitan yang dibuat suster sangat tidak rapi dan asal-asalan, sehingga membuat beberapa orang menggeleng.
Sempat saya tertegun menyaksikan kejadian yang membuat saya miris, dan sepertinya seorang ibu memahami keterkejutan saya.”Sudah biasa mbak pengguna askes rakyat miskin diperlakukan begitu.”
Komentar ibu tersebut makin membuat saya tak bisa mempercayai perlakuan rumah sakit ini. Setelah dijahit dan diperban luka korban tersebut, anehnya biasanya korban di opname dan dirawat di rumah sakit jika melihat luka yang dialami korban. Ternyata tidak, korban disuruh pulang dan dibekali beberapa obat yang dibuat oleh dokter. Makin membuat saya kaget dan tak bisa berkata apa-apa melihat kejadian tersebut.
Apakah pantas seorang pengguna kartu askes diperlakukan demikian? Apakah hanya orang berduit yang boleh sakit? Apakah rakyat miskin bukan manusia sehingga bisa diperlakukan kasar seperti itu? Harusnya baik pengguna kartu askes atau pasien biasa harus diperlakukan sama, walaupun pengguna askes ini tidak membayar atau membayar Cuma-Cuma harus tetap diperlakukan baik oleh anggota rumah sakit. Bukan kemauan mereka tidak memilikki uang dan harus menggunakan kartu askes.
Saya rasa jika memang rumah sakit tidak rela menerima pasien kartus askes lebih baik ditiadakan saja kartu askes daripada anggota rumah sakit memperlakukan pasien tanpa prikemanusiaan.