MAJALAH ASIK - Ini bahaya lain dari gempa bumi Jepang. Pembangkit listrik tenaga nuklir. Bahaya ini sama ngerinya dengan lindu yang merubuhkan gedung, tsunami yang melondong ribuan mobil, rumah, kapal laut dan belasan pesawat terbang, segampang banjir menghanyutkan sampah.
Minggu 13 Maret 2011, pemerintah Jepang mengumumkan bahwa 160 orang dipastikan tercemar radiasi berbahaya, setelah pembangkit listrik tenaga nulir di Fukushima meledak. Sejumlah 60 orang tercemar ketika menunggu helikopter untuk evakuasi dari lapangan sebuah sekolah menengah atas. Dan 100 orang menunggu bus di tempat yang sama.
Ratusan ribu orang terpaksa diungsikan. Menjauh dari areal berbahaya itu. Pembangkit itu memang begitu jauh dari Sendau, kota yang paling dekat dengan pusat gempa. Sendau remuk redam. Sudah seperti kota mati, ditinggal penguninya.
Radiasi berbahaya itu menebar sesaat sesudah gempa 9 SR menguncang pesisir timur negeri matahari terbit itu, Jumat 11 Maret 2011. Atap gedung pembangkit itu retak. Petugas sesungguhnya sudah cemas dengan keretakan itu, sebab akan menganggu suhu di dalam pembangkit. Dan benar saja. Sabtu, 12 Maret 2011, pukul empat sore pembangkit itu bocor, lalu meledak.
Ledakan menghancurkan bangunan penampang reaktor. Beruntung, reaktor yang dilapisi dengan stainless steel setebal enam inci masih selamat. Empat petugas di instalasi nuklir milik perusahaan Tokyo Electronic Power Co (Tepco) tersebut dilaporkan luka-luka, tapi tidak terlalu parah.
Sejumlah karyawan mengisahkan perjuangan keras para ahli meredam kekacauan di pembangkit itu. Sesudah atap itu retak, karyawan sesungguhnya sudah berusaha keras. Repotnya listrik mati. Akibatnya pendingin yang berguna menjaga batang bahan bakar (fuel rods) sama sekali tidak berfungsi.
Dilansir dari laman Associated Press, ledakan terjadi ketika petugas pembangkit berusaha mendinginkan reaktor nomor satu dengan menggunakan air. Sayangnya air yang mereka masukkan ke dalam reaktor, menciptakan hidrogen ketika terpapar dengan batang bahan bakar. Tekanan hidrogen yang besar memaksa petugas mengeluarkan sebagian. Saat dikeluarkan, hidrogen itu bercampur dengan oksigen. Nah percampuran hidrogen dengan oksigen itulah kemudian meletupkan ledakan.
Kurang cermatnya perhitungan dalam pendinginan reaktor dan situasi yang serba kacau karena gempa dan gelap pula, memaksa para petugas berimprovisasi dalam mendinginkan reaktor.
"Mereka bekerja dalam keadaan panik untuk mencari solusi mendinginkan inti reaktor. Ini mengindikasikan seberapa seriusnya masalah. Mereka terpaksa melakukan tindakan yang tidak biasa dan berimprovisasi untuk mendinginkan reaktor nuklir," ujar Mark Hibbs, peneliti senior dari program kebijakan nuklir di Carnegie Endowment for International Peace.
Reaktor nuklir nomor dua dan tiga yang juga mengalami kerusakan pendingin tidak meledak. Pada kedua reaktor ini, petugas mengeluarkan sebagian zat radioaktif ke udara untuk mengurangi tekanan dalam reaktor.
Tapi ini seperti menebar kenggerian ke dunia sekitar. Udara di sekitar lokasi itulah yang terkontaminasi zat radioaktif. Pihak Tepco memastikan bahwa radioaktif yang dilepaskan jumlahnya sangat kecil. Tidak terlalu berbahaya bagi kesehatan manusia.
Langsung mematikan memang tidak, tapi radiasi yang terkandung dalam udara tetap saja di atas ambang batas normal. Menurut pemerintah lokal Fukushima, tingkat radiasi yang keluar dari reaktor Daiichi mencapai 1.015 msv/jam. Jumlah ini diatas tingkat yang dapat ditoleransi tubuh manusia selama satu jam.
Stasiun televisi NHK menyerukan rakyat Fukushima untuk tetap berada di rumah, menutup pintu dan jendela, serta mematikan pendingin udara. Mereka juga diperintahkan mengatup mulut dengan masker, handuk atau saputangan basah.
Beres? Belum tentu juga. Sebab ada bahaya lain yang mengintai. Sejumlah ahli mencemaskan melelehnya inti reaktor. Jika itu terjadi maka radiasi akan tersebar dalam jumlah besar. Daya jangkau racun itu bisa berpuluh kilometer. "Kami melihat ada kemungkinan akan meleleh," ujar Toshihiro Bannai dari Badan Keamanan Nuklir dan Industri Jepang (NISA), seperti dilansir dari CNN.
Walalupun para teknisi tidak dapat mencapai lokasi inti reaktor, Bannai menegaskan bahwa kesimpulan soal lelehan itu didasarkan pada ukuran kadar radiasi di udara pada Sabtu malam. Guna mendinginkan reaktor, para petugas kini menyuntikkan air laut dan cairan asam boraks ke dalam reaktor, yang belum tentu juga aman.
Ratusan Ribu Mengungsi
Menyusul ledakan dan ancaman bahaya yang lebih besar itu, lebih dari 170.000 orang dalam radius 10-20 kilometer dari instalasi pembangkit di Fukushima itu telah diungsikan ke tempat yang aman, pada Minggu, 13 Maret 2011.
"Sekitar 170.000 orang yang berada dalam radius 20 kilometer dari pembangkit Fukushima Daiichi telah diungsikan. Sekitar 30.000 orang di radius 10 kilometer dari Fukushima Daini juga telah dipindahkan.
Evakuasi belum selesai sepenuhnya," tulis pernyataan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB dilansir dari kantor berita CNN.
Laporan awal yang dilansir NHK menyebutkan bahwa 19 orang yang terpapar radiasi itu merupakan pengungsi dari kota Futaba yang terletak di dekat pembangkit Fukushima.
Sedikitnya 160 orang yang berasal dari kota ini juga melakukan pengujian kadar radiasi dalam tubuh mereka. Test massal itu dilakukan setelah beberapa orang diantara mereka, diketahui memiliki tingkat radiasi yang tinggi di dalam tubuhnya.
Radioaktif adalah sejenis zat yang berada di permukaan atau di dalam benda padat, cair atau gas yang mana kehadirannya berbahaya bagi tubuh manusia. Radioaktif berasal dari radionuklida (radioisotop) sebuah inti tak stabil akibat energi yang berlebihan.
Menurut situs atomicarchive.com, setidaknya ada tujuh efek yang berbahaya bila tubuh manusia terkena bocoran radioaktif. Penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain rambut rontok, membunuh sel syaraf, menyebabkan kejang dan kematian mendadak. Menganggu peredaran darah, penyakit jantung hingga kerusakan sistem reproduksi.
Terbesar Dalam 140 Tahun
Hingga Minggu sore, 13 Maret 2011, jumlah korban tewas dalam bencana Jepang itu 686 orang. Sekurang-kurangnya 641 orang dinyatakan hilang. Petugas dibantu para relawan dari sejumlah negara terus menggali puing-puing guna mencari korban.
Gempa yang menguncang Jepang datang beruntun Jumat 11 Maret 2011 itu. Lindu dengan kekuatan 9 SR disusul dengan gempa 7,4 SR dan rentetan gempa lain dengan kekuatan menurun. Para ahli negeri itu mencatat bahwa inilah gempa terbesar dalam 140 tahun belakangan. Gempa disusul tsunami setinggi lebih dari 10 meter.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan memastikan bahwa sudah lebih dari 3.000 orang berhasil diselamatkan dari reruntuhan gempa dan tsunami.
Angka itu berbeda dengan yang dikeluarkan oleh siaran NHK Jepang. Stasiun televisi itu melaporkan bahwa lebih dari 900 tewas dan Kyodo News Agency menghitung angka kematian bisa di atas 1.800.
Menurut Shengzao Chen, ahli geofisika dari Badan Survey Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa terjadi saat kerak bumi di sebelah timur Jepang dengan lebar 400 kilometer dan panjang 160 kilometer pecah karena lempeng tektonik bergeser lebih dari 18 meter.
Jepang terletak di sepanjang "cincin api" Pasifik, sebuah wilayah dengan aktivitas vulkanis dan seismik yang tinggi. Wilayah ini terbentang dari Selandia Baru, melalui Jepang, Alaska dan pantai barat Amerika Selatan.
Akibat gempa ini, pulau utama Jepang, Honshu bergeser hingga 2,4 meter. Gempa juga mengakibatkan bergesernya poros bumi hingga 10 centimeter.