MAJALAHASIK.COM – Bajak laut Somalia di Teluk Aden bukanlah pelopor. Berdasarkan sejarahnya, perompak laut ini telah eksis selama tiga ribu tahun.
Munculnya bajak laut pertama kali diperkirakan sekitar tiga ribu tahun lalu, sekitar abad ke-17. Kata pembajak, pirate dalam bahasa Inggris atau peirato, sebenarnya pertama kali digunakan pada 140 SM oleh sejarawan Romawi, Polybius.
Sejarawan Yunani, Plutarch, menuliskannya sejak tahun 100 dan menjadi yang pertama kali memberikan deskripsi mengenai bajak laut. Ia mendeskripsikannya sebagai orang-orang yang menyerang tanpa otoritas ilegal. Tak hanya kapal, sasaran mereka juga kota-kota maritim.
Kata bajak laut kemudian dideskripsikan lebih terperinci, untuk pertama kalinya, oleh pujangga Homer dalam karyanya, The Iliad dan The Odyssey. Selama beberapa tahun kemudian, tak ada penjelasan yang ambigu mengenai bajak laut.
Pengendara Norse yang marak pada abad ke-9 hingga 11, tidak dikategorikan pembajak. Melainkan ‘Danes’ (orang Denmark) atau ‘Viking’. Istilah populer lainnya dalam literatur Inggris abad pertangahan adalah perompak laut.
Kata pembajak yang dekat dengan istilah kontemporer, kemudian mulai digunakan pada abad ke-18. Bajak laut adalah siapapun yang dianggap pelanggar hukum yang boleh dibunuh oleh siapa saja. UU internasionalnya pun mulai muncul karena aksi bajak laut tak pandang batas wilayah negara.
Terkadang, pemerintah jaman dulu memberi hak kepada bajak laut untuk mewakili mereka di masa perang. Populernya, bajak laut diberi izin untuk menyerang pelaut lain atas nama raja.