MAJALAHASIK.COM - Memiliki karir cemerlang merupakan mimpi semua orang, namun untuk mencapainya tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak jalan yang harus ditempu. Butuh rasa percaya diri yang optimal.
Fakta menunjukkan bahwa kadar percaya diri dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari orang lain. Maka keseimbangan penampilan luar dan memunculkan potensi diri adalah hal yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kita tetap gigih dalam proses pengembangan diri.
Rene Suhardono, Career Coach ternama mengatakan, Karir adalah segala hal yang dikerjakan pada sebagian besar waktu saat mata kita terbuka. Karir ada totalitas kehidupan profesional kita. Karir bukan tentang pekerjaan atau proses mendapatkan uang tetapi juga segala hal yang berkaitan dengan passion dan tujuan hidup.
"Kita harus memahami passion dan tujuan hidup sehingga menciptakan energi baru yang menjadi alasan untuk terus bekerja, berkarya dan berkontribusi, " kata Rene pada diskusi Percaya Diri dalam Karir, yang digelar Rexona di Jakarta.
Rawan Konflik
Memang, setiap orang pasti menginginkan karir yang bersinar, namun selalu dibutuhkan perjuangan untuk mencapainya.
"Berkarir akan selalu bersentuhan dengan individu dan kepentingan lain yang diwarnai oleh potensi-potensi konflik," jelas Rene.
Sementara itu, Psikolog Ratih Ibrahim menjelaskan hasil penemuan lembaga psikologi, 6 dari 10 perempuan ternyata mempunyai masalah di tempat kerja. Hal ini disebabkan ruang lingkup perempuan yang begitu kompleks yang menuntut mereka untuk menjalani peranannya sebaik mungkin.
Setiap kita berinteraksi dengan orang lain, potensi konflik, ketidaksetujuan dan perbedaan pendapat pasti ada. Jika tak tertangani dengan baik, konflik dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan kinerja karyawan, kehilangan motivasi kerja, terlalu banyak kekhawatiran serta adanya dampak emosional yang merugikan.
"Sehingga menghabiskan waktu, energi berharga, juga dapat menurukan percaya diri," katanya.
"Banyak perempuan tidak menyadari bahwa stress, grogi, marah, menangis dan bentuk emosi apapun dapat menyebabkan metabolisme tubuh yang meningkat sehingga keluar keringat yang disebut sebagai emotional sweat," pungkas Ratih