MAJALAH ASIK - Lama sebelum era Manolo Blahnik atau Christian Louboutin jadi must-have item, perempuan sudah terobsesi dengan sepatu. Tidak seperti penjualan produk-produk lain yang menurun akibat resesi, penjualan sepatu saat ini juga terus meningkat. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apa sih yang bikin perempuan begitu tergila-gila pada sepatu?
Ternyata, membeli dan memiliki sepatu itu memiliki pengaruh supernatural bagi perempuan. Mendadak ia bisa memadukan sepatu dengan pakaian koleksi lama, atau sekadar membuatnya merasa seksi bukan kepalang. Lebih dari itu, ada fakta ilmiah di balik obsesi sepatu pada kaum perempuan. Tidak percaya?
Dorongan adrenalin
Apa yang Anda rasakan ketika mencoba pakaian? Apakah mood Anda mendadak naik? Tidak heran bila itu yang Anda rasakan. "Pada saat itu hormon dopamin dilepaskan, memberikan perasaan yang senang, mirip dengan efek drugs," kata Martin Lindstrom, pakar branding dan penulis buku Buyology: Truth and Lies About Why We Buy. "Dopamin meningkat sampai Anda mulai menggesek kartu kredit."
Setelah menggesek kartu, rasa senang itu perlahan-perlahan menjadi datar, digantikan dengan rasa bersalah. Lucunya, hal ini tidak terjadi ketika yang dibeli adalah sepatu. "Pembeli akan menganggap sepatu sebagai sesuatu yang praktis, karena bisa dipakai beberapa kali seminggu. Akibatnya, rasa senang itu bertahan lebih lama," lanjut Lindstrom.
Selain karena hormon dopamin, naiknya mood itu juga berasal dari reaksi otak. Membeli sepatu baru akan mendorong area korteks depan di bagian otak yang disebut sebagai tempat pengumpulan. "Sepatu adalah collector's item, tidak peduli apakah perempuan menganggapnya demikian atau tidak," tutur Suzanne Ferriss, PhD, editor buku Footnotes: On Shoes. Di toko sepatu, sepatu-sepatu juga dipajang dengan begitu menarik. Akibatnya, mengumpulkan setiap model sepatu memberikan semacam dorongan adrenalin kecil-kecilan, mirip dengan yang dirasakan seorang kolektor barang antik ketika menemukan sesuatu yang langka.
Meningkatkan status
Perasaan yang kuat itu semakin intensif ketika Anda memilih sepatu berhak tinggi. Dan, bukan mereka sepatunya yang membuat Anda begitu, melainkan biologis Anda. "Seperti kebanyakan binatang, kita mengasosiasikan tinggi badan dengan kekuasaan," kata Helen Fisher, PhD, profesor anthropologi di Rutgers University. "High heels bisa meningkatkan status karena Anda menjadi lebih tinggi."
Sepatu berhak tinggi juga memiliki makna tersendiri secara historis. Berabad-abad lalu, hanya orang-orang kaya yang memakai sepatu hak tinggi. Kalangan buruh biasanya hanya mengenakan sepatu yang praktis untuk bekerja. "Sepatu adalah ukuran status seseorang, dan kita sebenarnya masih memiliki mindset tersebut hingga sekarang."
Memberi rasa seksi
Sepatu bahkan bisa dihubungkan dengan seks. Memakai stiletto selalu membuat perempuan merasa seksi. "Ketika mengenakannya, perempuan menganggapnya sebagai posisi mencari pasangan. Bokongnya jadi lebih terangkat, dan punggungnya melengkung," seru Fisher.
Lebih dari itu, menurut Daniel Amen, MD, penulis The Brain in Love, pikiran kita dirancang dengan cara menghubungkan kaki dengan seks. "Area otak yang berkomunikasi dengan genital itu berada tepat di sebelah area yang berhubungan dengan kaki," katanya. Area ini saling bersinggungan, yang mungkin menjadi penyebab mengapa sepatu bisa memberi kesan erotis.