MAJALAHASIK.COM – Membuktikan poker adalah permainan keahlian, bukan keberuntungan, bisa menjadi kejayaan bagi industri online. Benarkah?
Profesor ekonomi Steven Levitt dari University of Chicago yang terkenal karena seri larisnya Freakonomics bersama rekannya profesor Thomas Miles membuat makalah berjudul “The Role of Skill Versus Luck in Poker: Evidence From the World Series of Poker”.
Melalui makalah ini, kedua profesor itu berupaya menjawab pertanyaan utama seputar legalitas industri poker, apakah poker permainan keahlian atau keberuntungan? Industri raksasa poker online telah lama menjadi kontroversial hingga kini.
Meski sudah banyak upaya mengekang industri ini, terutama UU Penegakan Perjudian Internet 2006, sebanyak 10 juta warga Amerika terus bermain poker online demi uang.
Menurut Los Angeles Times, bulan lalu, tiga situs poker online populer (Full Tilt Poker, PokerStars dan Absolute Poker) ditutup FBI, dan pemerintah federal mengumumkan rencana mendenda US$ 3 miliar (Rp 25, 8 triliun) dari ketiganya.
Konsumen Amerika menghabiskan US$6 miliar (Rp 51,6 triliun) per tahun untuk bermain poker online. Untuk menjawab pertanyaan poker permainan keahlian atau keberuntungan, Levitt dan Miles meneliti informasi yang disediakan World Series of Poker 2010.
Acara tahunan di Las Vegas itu menyertakan 57 turnamen, 32 ribu partisipan dan hadiah uang US$185 juta (Rp1,6 miliar) dan ‘Acara Utama’ dengan hadiah US$9 juta (Rp 77,5 miliar). Kedua profesor ini kemudian menemukan bukti, poker butuh keahlian.
Pemain yang memiliki keahlian diasumsikan mendapat 30% investasi dibanding pemain-pemain yang kalah yang hanya mendapat 15%.
Dalam dolar, pemain berkeahlian tinggi bisa mendapat rata-rata US$ 350 (Rp3 juta) dibanding pemain-pemain lain yang rata-rata kalah US$400 (Rp 3,4 juta).
Levitt dan Miles pun membandingkan pengembalian investasi poker yang umum dari pasar keuangan.
“Perbedaan yang ditemukan pada ROI [return on invesment] sangat signifikan dan jauh lebih besar dari yang diamati di pasar keuangan,” papar makalah kedua profesor itu.