Halo Sobat! | Members area : Register | Sign in
Pasang Iklan | Kontak | Profile | Link | Donasi | Sitemap
Artikel Terbaru :

Makan Apa Hari Ini, Mak?

Ditulis Oleh Keyoy on 29 November 2011 | 11/29/2011 12:30:00 PM

Dalam gubuk yang terdapat di pinggir kali Jakarta. Terdengar tangis dari seorang bocah. Umurnya masih 3 tahun dalam gendongan kakaknya yang berumur 7 tahunan. Sedang ibunya tertidur pulas di ranjang reot yang hanya beralasan tikar.

Di luar hujan turun dengan derasnya. Air sungai tampak mulai meluap. Tapi ini sudah tidak membuat panik para penghuni gubuk-gubuk di pinggir kali itu.

Hal ini malah seperti menjadi berkah bagi anak-anak. Bermain dalam rintik hujan bisa menjadi kesenangan.
Namun kedua bocah dalam gubuk reot bergeming saja dalam gubuknya.

“Makan apa kita hari ini, Mak?” suara si kakak sambil menggoyang tubuh ibunya.

Bergegas wanita itu bangun. Umurnya 30-an. Tapi wajahnya tampak lebih tua dari umurnya.
“Makan apa ya?! Sudah tak ada sisa bekal kita. Ayahmu belum pulang membawa bekal. Sabar ya, Nak.” wanita itu berkata sambil mengelus-elus kepala anaknya yang kecil.

“Ya, Mak. Tapi adik sudah lapar. Menangis dari tadi. Kasihan, Mak.” si kakak mengingatkan ibunya.

“Tapi… bagaimana lagi. Ayah belum pulang.” wanita itu suaranya sungguh memelas.

Hujan turun semakin lebat. Luapan air sungai mulai mengairi gubuk. Tak terasa itu diiringi dengan mengalirnya airmata dari wanita dalam gubuk itu.

Tak jauh dari gubuk-gubuk reot di pinggir kali. Di sebuah gedung pencakar langit. Dalam salah satu ruangnya, sedang diadakan pesta pernikahan seorang anak pejabat.

Yang hadir tentu saja banyak para pejabat. Berpakaian mahal dan suasananya mewah. Semua yang hadir tampak bergembira. Tertawa terbahak-bahak. Menyantap hidangan berkelas yang berlimpah.

Memenuhi piring-piring dengan makanan lezat mengundang selera. Para tamu undangan terlihat lebih banyak bicara. Rupanya banyak hal yang menarik untuk didiskusikan.

Akibatnya makanan yang sudah terisi dalam piring-piring lupa disantap. Lalu ditaruh begitu saja. Selanjutnya masuk ke tong sampah.

Hujan lebat yang sedang terjadi tak terasa basahnya dalam gedung kekar dan mewah itu.

Para tamu yang kebanyakan pejabat itu. Menikmati kegembiraan dan kemewahan. Tak ada satu pun yang terlihat melongok ke bawah. Di mana di dalam gubuk-gubuk reot ada sebagian rakyatnya yang sedang menahan lapar dalam dingin.

Hari sudah mulai gelap. Bocah lapar itu dalam laparnya tertidur pulas.
“Makan apa, Mak?” tanya si kakak sambil menelan air ludahnya.

Bersamaan itu. Seorang lelaki yang sudah basah kuyup menampakkan batang hidungnya.

“Ayah pulang!” sambil si bocah penuh kegembiraan. Karena melihat ayahnya membawa sekantong barang.
Ternyata hanya sebungkus nasi dari warteg.

“Bajaj ayah mogok seharian di jalan, Nak. Jadi hanya dapat lima ribuan untuk beli sebungkus nasi ini saja!” kata si ayah yang berusaha untuk tersenyum.

“Makan ini saja dulu ya, Nak. Nanti Ayah ngutang di sebelah buat Mak.”

Cerpen ini ditulis oleh  K.Drarajawen

.:Artikel Terkait:.

lintasberita