MAJALAHASIK.COM - Awal September 1999, seorang Syekh Yaman, Rashad Mohammed Saeed Ismail, menerima telepon paling penting dalam hidupnya. Telepon itu dari pemimpin al Qaeda, Osama bin Laden. Osama memberinya tugas menemukan wanita yang tepat untuk dijadikan istri kelima.
Anggota terkemuka al Qaeda di Kabul itu lalu mendengarkan dengan seksama syarat perempuan seperti apa yang diinginkan Osama.
"Dia harus saleh, berbakti, muda [sebaiknya berusia 16-18 tahun], santun, berasal dari keluarga yang layak. Dia pun harus tahan dengan keadaan saya yang luar biasa," begitu Osama menjelaskan kriteria calon istri yang dia cari kepada Rashad, seperti dikutip dari laman The Guardian, Rabu 11 Mei 2011.
Untungnya, Rashad memiliki calon yang tepat: Amal Ahmed al-Sadah, gadis 17 tahun yang juga mantan muridnya. Menurut Rashad, Amal adalah calon yang sangat tepat untuk pemimpin al Qaeda yang saat itu berusia 44 tahun.
Pada 2000, Rashad kembali ke kota kelahirannya, Ibb, sebuah kota hijau di barat daya Yaman untuk bertemu Amal. Dia pun menjelaskan siapa Osama bin Laden dan bagaimana dia pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindari kejaran pasukan Amerika. Amal pun menerima tawaran mas kawin sebesar US$5.000 dari bin Laden yang ditransfer ke keluarga Amal.
Pesta pra-nikah dan persiapan keberangkatan perempuan muda itu ke Afganistan pun disiapkan.
Saat ini, lebih dari 10 tahun sejak percomblangan itu, Syekh Rashad berusaha membebaskan Amal dan putrinya dari tahanan Pakistan untuk pulang ke Yaman setelah kematian Osama bin Laden, beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan janda seperti Amal ada tanggung jawab semua umat Islam. "Kami (al Qaeda di Yaman) menerima berita kematian bin Laden dengan kegembiraan karena kami tahu itu adalah keinginan dia untuk mati sebagai martir di tangan Amerika," kata Rashad.
Osama tewas dalam serangan tim elite militer Amerika Serikat, Senin awal Mei lalu di kompleks rumah di Abottabad, Pakistan. Saat penyerbuan itu, tiga istri Osama diamankan. Juga belasan anak Osama dari tiga istrinya itu.