MAJALAHASIK.COM - Kasey Edwards sedang menjalani prosedur pemeriksaan kesehatan rutin saat dokter menjatuhkan vonis mengejutkan. Berdasar hasil pemeriksaan organ reproduksi, wanita 32 tahun itu hanya memiliki satu kesempatan hamil dalam tempo 12 bulan usai vonis dijatuhkan.
Saat itu, dokter kandungan menyarankan Kasey menjalani pemeriksaan ovarium. Hasilnya, satu ovariumnya mengalami polikistik atau memproduksi sel telur yang rusak. Sementara satu ovarium lainnya penuh endometriosis. Kondisi itu semakin mengkhawatirkan melihat saluran rahimnya mengalami penyumbatan.
Vonis itu jelas membuat Kasey panik. Dalam kondisi masih lajang, ia merasa belum siap menikah dan memiliki anak. Apalagi, hubungannya dengan sang kekasih, Chris, terbilang baru. Belum ada setahun mereka menjalin kasih.
"Saya belum menjadi seorang ibu. Dan menjadi seorang ibu saat itu bukanlah sebuah prioritas," kata wanita yang bekerja sebagai seorang konsultan manajemen seperti dikutip dari Guardian.
Tapi, vonis itu membuat mereka berpikir ulang. Dalam kondisi terdesak, mereka nekat memutuskan menikah. Mereka harus segera memiliki anak karena masa subur Kasey hanya tersisa 12 bulan. "Sekarang atau tidak selamanya."
Setelah menikah, mereka mencoba pembuahan secara alamiah. Namun, gagal. Sebagian ovarium Kasey sudah mati. Hanya tersisa enam bulan, sebelum Kasey benar-benar mandul. Dalam sisa waktu yang semakin sempit, mereka sepakat melakukan program bayi tabung. Dan, berhasil.
Buah hati mereka, Violet, lahir 18 bulan lalu. Pasangan yang kini menikah dan tinggal di Melbourne Australia ini membukukan kisah mereka. Melalui buku bertajuk '30-Something and the Clock is Ticking', mereka mengungkap pengalaman memutuskan pilihan hidup di tengah ultimatum medis yang menyakitkan.
Keadaan Kasey senada dengan temuan riset yang dilakukan awal tahun oleh Royal College of Obstetricians dan Gynaecologists (RCOG). Studi memperingatkan pasangan untuk kembali mempertimbangkan pilihan mereka soal menunda memiliki keturunan.
Studi menyebut, wanita berusia 35 tahun ke atas memiliki risiko kesuburan menurun enam kali lebih tinggi daripada wanita berusia 25 tahun. Pada usia 40 tahun, seorang wanita lebih mungkin mengalami keguguran ketimbang melahirkan. Sekitar 30 persen wanita diatas 35 tahun membutuhkan waktu setahun untuk hamil daripada lima persen pada wanita berusia 25 tahun.
Meskipun ahli tak menyebut berapa usia yang tepat untuk pembuahan, ahli sepakat menunjuk usia 25-35 tahun waktu terbaik. Saat itu, tubuh dan reproduksi wanita dalam kondisi fit.
Dokter kandungan Gedis Grudzinskas menyatakan, dengan gaya hidup dan taraf kesehatan saat ini, teknologi pembuahan seperti bayi tabung pun semakin sulit dilakukan pada wanita berusia 27 tahun ke atas.